
Garut, Jawa Barat, masih dihantui persoalan stunting.
Keterbatasan ekonomi serta sulitnya akses terhadap makanan bergizi, terutama protein hewani, menjadi faktor utama tingginya risiko stunting di wilayah tersebut.
Menjawab tantangan itu, Institut Teknologi Bandung (ITB) menggagas program pemanfaatan budidaya ikan nila dan sistem aquaponik di atas lahan seluas 1.200 meter persegi.
Untuk menjalankan program ini ITB menggandeng Rumah Amal Salman dengan pendanaan hibah kompetitif Provinsi Jawa Barat.
Ketua Pengurus Rumah Amal Salman, Mipi Ananta Kusuma, menjelaskan bahwa program ini dirancang untuk meningkatkan akses pangan bergizi bagi masyarakat prasejahtera, dengan pendekatan berbasis pembangunan berkelanjutan.
“Program rintisan ini diharapkan dapat menjadi model dan laboratorium pendistribusian dan pemberdayaan dana zakat, infak, sedekah, CSR, dan dana publik maupun privat lainnya,” ujar Ketua Pengurus Rumah Amal Salman, Mipi Ananta Kusuma dalam rilisnya, Rabu (14/5/2025).
Cara Kerja Teknologi Budidaya Nila
Mipi mengungkapkan, budidaya ikan ini terintegrasi dengan pertanian aquaponik dalam greenhouse seluas 370 meter persegi.
Dalam skala optimal, program ini diproyeksikan dapat memproduksi hingga 4 ton ikan nila dan 6.200 pot sayuran organik setiap dua pekan.
Ketua Program Rumah Amal Wilayah Garut, Sinta Nurhia Dewi mengungkapkan, hasil panen ikan nila tidak langsung dibagikan ke masyarakat.
Ikan-ikan tersebut akan dijual ke pasar, dan hasil keuntungannya dikonversi menjadi paket makanan bergizi untuk keluarga dengan balita stunting.
“Program ini dijalankan untuk mengawal anak-anak di Desa Karyasari mendapatkan asupan protein yang cukup untuk tumbuh kembang mereka,” jelas Sinta.
Saat ini, program tersebut telah menyasar 52 keluarga penerima manfaat, melibatkan 12 santri dan warga dalam operasional harian, serta didukung oleh edukasi gizi dari 68 tenaga kesehatan, mahasiswa, dan praktisi posyandu.