
guru honorer di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, telah mengabdikan diri selama lebih dari tiga dekade demi mencerdaskan anak-anak di pelosok desa.
Meski telah mengajar sejak tahun 1992, Saryono hingga kini hanya menerima honor Rp 350.000 per bulan, yang bahkan baru cair setiap tiga bulan sekali, tergantung dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
“Kalau honorer dari sekolah sekarang itu cuma Rp 350 ribu setiap triwulan sekali, karena begitu keluar BOS itu baru ada honor,” ujar Saryono saat ditemui di rumahnya di Kampung Jaringao, Desa Pangumbahan, Kecamatan Ciracap, Senin (1/7/2025).
Mengabdi Sejak 1992, Berjuang di Daerah Terpencil
Saryono mulai mengajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Tegal Panjang, Desa Sidamulya, Kecamatan Ciemas sejak 1992. Di awal pengabdiannya, ia harus berjalan kaki ke sekolah karena keterbatasan fasilitas dan infrastruktur di wilayah yang terisolasi.
“Saya itu mulai mengajar dari tahun 1992, jadi sampai sekarang sudah 33 tahun, begitu susah payah. Dulu digaji melalui SPP dari iuran masyarakat, sebulan cuma Rp 10.000. Tidak ada generasi di sini karena tempatnya juga jauh dari kota, terpencil, terisolir,” ungkapnya.
Kini, Saryono mengandalkan sepeda motor bekas yang dibelinya tiga tahun lalu untuk menempuh perjalanan sekitar tujuh kilometer menuju sekolah, yang memakan waktu hingga 30 menit.
Pada musim hujan, jalanan yang ia lewati bahkan semakin memprihatinkan.
Dengan honor Rp 350 ribu yang dibayar tiga bulan sekali, Saryono tak hanya menanggung istri dan anak-anaknya. Ia juga merawat dua kakak iparnya yang sudah lanjut usia dan tidak lagi mampu beraktivitas.
“Agar bisa menunjang seluruh anggota keluarga, saya bertani palawija. Juga supaya istri ada kegiatan di rumah, itu dagang kecil-kecilan,” ujarnya.
Gagal Jadi PNS, Saryono Masih Menanti Kepastian
Berbagai upaya telah dilakukan Saryono agar bisa menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Ia pernah mengikuti seleksi Guru Bantu Sekolah (GBS) pada 2005 dan juga program sertifikasi. Namun hingga kini, ia belum pernah diangkat sebagai ASN.
“Saya juga sudah beberapa kali melakukan ajuan untuk menunjang kehidupan saya. Ikut testing juga untuk masalah GBS, sertifikasi juga sudah, tapi belum diangkat PNS, masih belum ada kabar,” kata Saryono.
Kini, di usianya yang telah menginjak 55 tahun, Saryono berharap pengabdiannya selama puluhan tahun bisa menjadi pertimbangan pemerintah untuk mengangkatnya sebagai ASN.
“Harapan saya kepada pemerintah, mohon dengan sangat untuk mengangkat saya, baik melalui PPPK atau PNS secara otomatis. Karena apa, dilihat dari pengabdian begitu lama, usia begitu lanjut juga. Mau kapan lagi, kalau saya nantinya tidak kebagian jatah, sedangkan pengabdian sudah begitu lama,” pungkasnya dengan mata berkaca-kaca.
Artikel ini telah tayang di Tribun Jabar. I’d dengan judul Kisah Saryono di Sukabumi, 33 Tahun Ngajar Dihonor Rp350 Ribu, Dibayar 3 Bulan Sekali Jika BOS Cair