
amunisi kedaluwarsa oleh TNI di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Senin (12/5/2025), berubah menjadi tragedi.
Sebanyak 13 orang tewas, termasuk empat anggota TNI, setelah ledakan terjadi sekitar pukul 09.30 WIB.
Dalam sebuah video yang diterima dilansir dari TribunJabar.id, terlihat amunisi yang sudah tak layak pakai diledakkan di lahan terbuka.
Tak lama berselang, warga sipil tampak datang menggunakan sepeda motor dan langsung mendekati lokasi. Asap dari ledakan bahkan belum sempat menghilang saat sejumlah warga melaju cepat ke arah titik ledakan.
Aksi warga yang mendekat ini terjadi tak sampai 10 detik setelah peledakan berlangsung. Diduga mereka berniat mengumpulkan serpihan logam dari sisa-sisa amunisi, aktivitas yang kerap dilakukan meskipun penuh risiko.
Lahan Peledakan Merupakan Milik BKSDA
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen Kristomei Sianturi, mengonfirmasi bahwa lokasi peledakan adalah lahan milik Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kabupaten Garut.
“Untuk lahan peledakan yang digunakan adalah lahan BKSDA Kabupaten Garut,” ujarnya dalam pernyataan kepada KompasTV.
Kristomei menambahkan, tempat tersebut memang telah lama digunakan secara rutin untuk memusnahkan amunisi kedaluwarsa. Ia pun membenarkan bahwa masyarakat sekitar kerap mengambil logam bekas dari hasil peledakan.
“Tembaga atau besi bekas dari granat atau mortir, itu yang biasanya masyarakat ambil. Kita akan dalami kenapa itu bisa terjadi,” jelasnya.
Kejar Serpihan Logam, Warga Taruhkan Nyawa
Pemusnahan amunisi seharusnya menjadi langkah pencegahan terhadap risiko ledakan yang lebih besar. Namun, justru aktivitas berbahaya muncul setelahnya.
Warga diketahui sering mengais sisa logam dari lokasi peledakan untuk dijual sebagai barang rongsokan.
Heri Supriyadi (47), salah satu warga yang berada di sekitar lokasi saat kejadian, mengatakan bahwa harga serpihan besi bisa mencapai Rp 5.000 hingga Rp 6.000 per kilogram. Logam lain seperti kuningan dan aluminium memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
“Tanahnya masih panas, jadi harus didiamkan dulu beberapa jam. Kalau yang mengikuti arahan petugas, mereka bisa mengambil serpihan itu setelah beberapa waktu,” ungkap Heri.
Namun, dalam insiden kali ini, sebagian warga tampak mengabaikan imbauan dan langsung memasuki area tak lama setelah ledakan. Akibatnya, belasan nyawa melayang karena diduga terlalu cepat mendekati titik ledakan.
Ledakan Terjadi Saat Proses Tambahan
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Darat (Kadispenad), Brigjen Wahyu Yudhayana, menjelaskan bahwa seluruh prosedur pengamanan sudah dilakukan sebelum peledakan berlangsung. Dua lubang sumur telah disiapkan sebagai titik peledakan awal.