
BNPT) mengatakan, setelah kelompok Jamaah Islamiyah (JI) menyatakan dirinya bubar, kini terdapat 8.000 mantan anggotanya yang perlu dibina.
“8.000 mantan anggota JI menjadi tanggung jawab negara untuk pembinaan,” ujar Kepala BNPT Komjen Pol Eddy Hartono dalam bedah buku berjudul JI The Untold Story-Perjalanan Kisah Jemaah Islamiyah di Bandung, Jumat (16/5/2025).
Eddy mengungkapkan, tiga hal yang dilakukan pemerintah dalam pembinaan, yakni wawasan kebangsaan, agama, kewirausahaan.
Ia mencontohkan pembinaan mantan narapidana teroris di Jawa Barat dan Makassar, dilakukan dengan Perusahaan BUMN.
Mereka dilatih wirausaha sebagai bekal untuk perekonomian mantan anggota JI. Sebab, faktor stimulus mereka menjadi radikal, salah satunya ekonomi.
Untuk itu, ia meminta Muhammadiyah sebagai organisasi besar ikut membantu proses pembinaan tersebut.
Pembebasan Bersyarat Amir JI
Eddy juga menjelaskan proses hukum mantan amir atau pimpinan JI. Saat ini mereka sedang dalam proses pembebasan bersyarat. Salah satunya Abu Rusdan.
Pemerintah memberikan pembebasan bersyarat, karena para amir ini yang menginisiasi JI membubarkan diri dan kembali ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
JI The Untold Story
Mengenai Buku JI The Untold Story, Eddy mengungkapkan, sejarah perkembangan kelompok teroris, seperti Jamaah Islamiyah (JI), perlu diketahui publik, khususnya oleh generasi penerus bangsa.
“Supaya generasi ke depan itu bisa tercerahkan dengan adanya buku ini. Karena bila buku ini tidak ditulis, nanti generasi seperti Gen Z, Gen Alpha, dan lainnya tidak akan mengetahui sejarah perkembangan terorisme di Indonesia,” beber Eddy dikutip dari Antara.
Eddy menyebutkan bahwa Jamaah Islamiyah telah dinyatakan sebagai organisasi terlarang berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tahun 2008.
Untuk itu, buku tersebut, menurutnya, merupakan langkah strategis dalam menyampaikan informasi yang benar kepada masyarakat.
Sementara itu, Rektor Universitas Muhammadiyah Bandung (UMB), Prof Herry Suhardiyanto mengatakan, kegiatan tersebut dapat memberikan pencerahan kepada mahasiswa agar tidak terjebak dalam pemahaman yang menyimpang tentang perjuangan bangsa.
“Kami berharap para mahasiswa akan dapat memperoleh pencerahan dan tidak salah dalam memahami bagaimana negara bangsa ini kita harus perjuangkan, tegaknya, dan kemakmurannya bersama-sama,” tutur Herry.