2025-05-23
Bedah Film Kembali ke Titik. Pada bedah film tersebut diceritakan bagaimana peran keluarga dalam pencegahan terorisme.

Lihat Foto

terorisme tidak selalu efektif.

Kini, satuan elite ini mulai mengedepankan strategi pencegahan melalui pendekatan humanis.

“Penangkapan para pelaku ternyata tidak signifikan, tidak membuat para pelaku teror tobat. Ketika divonis hukuman mati, mereka tidak takut. Tapi ketika disebut nama ibu, mereka langsung luluh,” ungkap Ketua Tim Kontra Ideologi Direktorat Pencegahan Densus 88 AT, Kompol Agus Isnaini dalam Diskusi Panel Bedah Film “Kembali ke Titik” di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Senin (20/5/2025).

3 Strategi Pencegahan Terorisme

Menurut Agus, ada tiga pendekatan utama yang kini dilakukan Densus 88 AT dalam upaya pencegahan.

Pertama, penguatan lingkungan. Menurutnya, keluarga dinilai menjadi sugesti paling kuat yang dapat melemahkan ideologi kekerasan.

“Keluarga, khususnya ibu, memiliki peran kunci dalam menyadarkan pelaku teror untuk kembali,” kata Agus.

Kedua, pengawasan di lingkungan sekolah. Polri mencatat, sejumlah pelaku mulai terpapar paham radikal sejak di bangku sekolah, bukan dari guru, melainkan dari interaksi dengan alumni.

“Kegiatan ekskul yang mendatangkan banyak alumni ini yang mempengaruhi. Awalnya hadir biasa saja, tapi pelan-pelan mulai mempengaruhi para pelajar sehingga terpapar,” jelasnya di hadapan 250 kepala madrasah Kemenag Wilayah DKI Jakarta.

Ketiga, keterlibatan pemangku kepentingan. Dalam hal ini, Densus menggandeng Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Pendidikan untuk menanamkan nilai kebangsaan secara berkelanjutan.

Cerita Pelaku Teror: Hadi Masykur

Pada kegiatan tersebut diputar film “Kembali ke Titik”. Film ini mengisahkan Hadi Masykur, mantan narapidana teroris dari Jamaah Islamiyah, yang akhirnya bertobat karena kerinduannya pada ibu dan keluarganya.

“Ketika DPO enam bulan mendapat kabar ibu saya sakit, saya ingin pulang bertemu ibu. Walaupun diancam akan dikeluarkan dari JI, tidak masalah, karena bagi saya ibu hanya satu-satunya,” tegas Hadi, alumni Al Mukmin, Ngruki.

Ia sadar, pulang ke rumah sama dengan menyerahkan diri kepada aparat.

“Ketika ditangkap, lalu ditahan, saya merenung untuk bisa berkumpul dengan ibu, istri, dan anak-anak. Kembali ke titik itu bukan kembali ke awal, tapi kembali ke istri yang bernama Titik,” ungkapnya.

Pendekatan yang Lebih Ramah

Pengamat terorisme Dr Solahudin menilai, langkah Densus 88 AT ini sebagai bentuk transformasi penting dalam penanggulangan terorisme.

“Selama ini yang dilihat di televisi Densus 88 selalu dengan senjata. Ternyata ada sisi lain yang lebih ramah. Pendekatan represif tidak menyelesaikan masalah. Ada terdakwa divonis mati, malah sujud syukur. Tapi pendekatan pencegahan memberi hasil,” ujar penulis buku “NII sampai JI” tersebut.

Ia menyebut, pembubaran Jamaah Islamiyah yang beranggotakan 8.000 orang tak lepas dari upaya deradikalisasi yang dilakukan secara sistematis.

“Pintu masuk ke radikalisme sering lewat kajian keagamaan. Tapi pintu keluarnya, seperti yang terjadi pada Pak Hadi Masykur, adalah keluarga,” pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *