
patung biawak yang berdiri di Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, Kabupaten Wonosobo, belakangan menjadi buah bibir warga.
Patung tersebut dinilai begitu realistis hingga menyerupai biawak sungguhan, dan kini menjadi ikon baru di jalur Wonosobo-Banjarnegara.
Inisiatif pembangunan tugu ini datang dari para pemuda Karang Taruna Desa Krasak, dengan pengerjaan dipimpin langsung oleh seniman lokal bernama Arianto.
Karya ini menunjukkan komitmen warga setempat dalam mempercantik lingkungan desa sekaligus menciptakan spot menarik bagi pengguna jalan.
Patung biawak tersebut berdiri menjulang setinggi 7 meter dengan lebar mencapai 4 meter.
Warnanya hitam dengan corak kuning, tampak merayap di atas sebuah batu sambil menjulurkan lidah dan menoleh ke kiri.
Meski proses pembangunannya belum sepenuhnya rampung—masih ada pekerjaan finishing serta penataan taman dan bangku—tugu ini sudah menarik banyak perhatian.
Tak sedikit pengendara yang sengaja berhenti untuk mengambil foto dan berswafoto di depan “Tugu Krasak Menyawak”, begitu masyarakat setempat menyebutnya.
“Peletakan batu pertama dilakukan pada 3 Februari 2025, dan selesai tepat satu setengah bulan kemudian. Tapi ke depannya masih akan ada tambahan,” ungkap Ahmad Gunawan Wibisono, Ketua Karang Taruna Kecamatan Selomerto, kepada TribunBanyumas.com, Selasa (22/4/2025).
Ramai Isu Dana Desa, Kepala Desa Beri Penjelasan
Seiring viralnya tugu ini, beredar pula kabar bahwa pembangunan patung tersebut menelan biaya hingga Rp50 juta yang disebut berasal dari dana desa. Namun hal ini segera dibantah oleh Kepala Desa Krasak, Supinah.
“Saya klarifikasi, itu bukan dari anggaran desa. Itu dari anggaran CSR kabupaten dan dibantu swadaya dari masyarakat, seperti gotong royong dan konsumsi selama pembangunannya,” jelas Supinah.
Bupati: Bukan dari APBD, Tapi Bantuan BUMD
Hal senada juga ditegaskan oleh Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat. Ia memastikan bahwa dana pembangunan tugu biawak tersebut tidak diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
“Kita coba wujudkan keinginan masyarakat. Pemerintah daerah kan enggak punya duit. Kami terus terang tidak anggarkan lewat APBD,” kata Afif.
Lebih lanjut, Afif menyebut pembangunan ini justru menjadi contoh sinergi antara masyarakat dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
“Justru kami mencoba memantik, menyentuh teman-teman BUMD, yuk gotong royong, kemudian itu bisa terealisasi,” tambahnya.
Afif pun mengapresiasi karya yang telah berhasil mencuri perhatian publik ini. Ia juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Arianto yang dinilai berhasil mewujudkan harapan masyarakat lewat karyanya.
“Kami percayakan kepada Mas Ari, saya percaya beliau bisa mewujudkan apa yang menjadi keinginan masyarakat dan pemerintah kabupaten,” ujarnya.
“Termasuk lukisan bupati-bupati di pendopo ini semua produknya Mas Ari, dan bagus-bagus,” tutupnya.