
Weton tulang wangi merupakan salah satu bentuk kepercayaan yang hidup dalam budaya masyarakat Jawa, khususnya yang berkaitan dengan peringatan malam 1 Suro atau 1 Muharam dalam kalender Hijriah.
Tahun ini, malam 1 Suro jatuh pada malam Kamis, 26 Juni 2025. Dalam budaya Jawa, 1 Suro dianggap sebagai malam sakral yang penuh dengan nuansa spiritual dan kontemplasi.
Menurut Kepala Pusat Unggulan Iptek Javanologi Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Sahid Teguh Widodo, weton tulang wangi menjadi simbol dari proses self-cultivation atau budidaya diri masyarakat Jawa.
Dalam konteks ini, masyarakat Jawa menempatkan dirinya sebagai bagian dari semesta, bukan sebagai subjek yang terpisah.
“Saya rasa weton tulang wangi yang dikaitkan dengan gejala-gejala tersebut tidak jauh dari self-cultivation orang Jawa untuk menjadi subjek di semesta alam ini sesuai dengan konsep kosmologi tadi,” ujar Sahid.
Apa Ciri-Ciri Orang yang Memiliki Weton Tulang Wangi?
Budayawan dan dosen Ilmu Sejarah UNS, Tundjung Wahadi Sutirto, menjelaskan bahwa orang yang memiliki weton tulang wangi umumnya memiliki daya tarik yang kuat dan sensitivitas tinggi terhadap lingkungan, termasuk unsur-unsur yang tidak kasat mata. Mereka sering kali dianggap memiliki kedekatan dengan hal-hal berbau gaib.
“Orang dengan weton tulang wangi itu penggambarannya, wataknya sangat peka terhadap lingkungan, baik yang terlihat maupun yang tidak kasat mata,” kata Tundjung.
Ia menyebutkan 11 daftar weton tulang wengi yang termasuk kategori itu, yakni:
- Senin Kliwon
- Senin Wage
- Senin Pahing
- Selasa Legi
- Rabu Kliwon
- Rabu Pahing
- Kamis Wage
- Sabtu Wage
- Sabtu Legi
- Minggu Pon
- Minggu Kliwon.
Mengapa Malam 1 Suro Dianggap Penuh Magis?
Dalam budaya Jawa, malam 1 Suro diyakini sebagai waktu ketika roh-roh leluhur turun ke bumi untuk mengunjungi dunia manusia.
Oleh karena itu, malam ini dianggap penuh energi spiritual yang kuat. Mereka yang memiliki weton tulang wangi diyakini lebih rentan menyerap energi tersebut karena kedekatannya dengan dimensi nonfisik.
“Karena orang dengan weton tulang wangi ini punya kedekatan dengan makhluk halus atau astral, maka mereka bisa bersinggungan dengan roh-roh itu, sehingga bisa berdampak pada energi negatif yang terserap olehnya,” jelas Tundjung.
Untuk menghindari pengaruh energi negatif yang mungkin muncul pada malam 1 Suro, masyarakat Jawa terutama yang memiliki weton tulang wangi dianjurkan memperkuat spiritualitas dengan mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal ini mencerminkan prinsip koherensi antara tradisi Jawa dan nilai-nilai religius.
“Dalam tradisi Jawa, kaitan antara weton tulang wangi dengan datangnya malam 1 Suro itu bersifat koherensi,” tambah Tundjung.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Dikaitkan dengan Malam 1 Suro, Apa Itu Weton Tulang Wangi? Ini Penjelasan Budayawan“.