
Jawa Barat Dedi Mulyadi mengumumkan rencana reaktivasi sejumlah jalur kereta api di wilayahnya sebagai upaya mendorong sektor pariwisata dan menyediakan moda transportasi murah bagi masyarakat.
Salah satu jalur yang menjadi prioritas adalah jalur kereta api Bandung-Ciwidey yang sudah lama tidak beroperasi.
Dedi menyampaikan, jalur tersebut akan dibuka kembali guna mengantisipasi kemacetan yang kerap terjadi saat musim liburan.
“Reaktivasi kita yang paling dekat jalur kereta dari Bandung sampai Pangandaran. Itu baru sampai Banjar, kita bikin itu prioritas pertama kita selesaikan,” ujarnya di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Selasa (15/4/2025).
Ia menilai kereta api sebagai moda transportasi yang murah dan mampu mengangkut penumpang secara massal.
“Sebenarnya jalur transportasi yang paling murah… Ini pengangkutannya massal, karena pengangkutannya massal mudah memobilisasi orangnya,” tambah Dedi.
Lebih lanjut, Dedi mengatakan bahwa elektrifikasi Kereta Rel Listrik (KRL) juga menjadi target awal untuk mengurangi kemacetan di Kota Bandung dan sekitarnya.
Namun, di balik rencana besar ini, muncul kekhawatiran dari masyarakat yang tinggal di sepanjang jalur kereta api, khususnya warga yang mendirikan rumah di atas rel yang sudah lama terbengkalai.
Ratusan Warga Terancam Tergusur

Salah satu kawasan terdampak adalah Kampung Ciluncat, Desa Ciluncat, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung.
Di wilayah ini, banyak warga telah menetap dan membangun rumah di atas jalur rel kereta Bandung-Ciwidey selama bertahun-tahun.
Ketua RT 07/RW 01 Kampung Ciluncat, Dadan Rustandi (42), mengungkapkan keresahan warganya atas rencana tersebut.
“Warga sudah mulai resah semuanya. Soalnya kata informasi yang beredar, lima tahun ke depan mau dijalankan lagi jalur KA Bandung-Ciwidey,” ujarnya saat ditemui, Jumat (18/4/2025).
Menurut Dadan, hampir semua warga di RT tersebut mendirikan rumah permanen dan semi permanen di atas rel.
Bahkan, sebagian besar rel masih terlihat dan berada di dalam bangunan rumah warga. Beberapa jalur sudah ditutupi beton dan difungsikan sebagai jalan setapak atau fondasi bangunan.
Jika proyek ini berjalan, sekitar 70 kepala keluarga—lebih dari 200 jiwa—terancam kehilangan tempat tinggal.