2025-06-22
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menghadiri Hari jadi Kabupaten Bandung Barat ke-18 di gedung DPRD Bandung Barat, Jawa Barat, Kamis (19/6/2025).

Lihat Foto

Bandung Barat (KBB) demi membangun identitas baru daerah tersebut. Dedi bahkan menyatakan siap mendukung penuh proses perubahan nama jika ada niat dari pemerintah setempat.

“Kalau ada niat mengubah nama demi kepentingan branding, saya siap bantu. Supaya ada daya tarik, wibawa, dan pengaruh,” ujar Dedi saat menyampaikan pidato dalam Rapat Paripurna Hari Jadi KBB ke-18, Kamis (19/6/2025).

Menurut Dedi, nama “Bandung Barat” sulit membangun identitas yang kuat. Sebab, nama itu lebih merujuk pada arah mata angin dan masih terlalu melekat dengan citra Kota Bandung maupun Kabupaten Bandung.

“Kalau dari sisi ilmu branding, Bandung Barat itu susah dibranding. Karena yang terbayang dari namanya hanya arah mata angin, bukan karakter wilayah,” katanya.

Ia juga menilai, persepsi mengenai posisi Bandung Barat sangat relatif tergantung dari sudut pandang daerah lain.

“Orang Lembang bilang ini Bandung Barat, orang Cianjur menyebutnya Bandung Timur, dan bagi orang Purwakarta ini justru Bandung Selatan,” lanjut Dedi.

DPRD Bandung Barat Dukung Usulan

Menanggapi hal itu, Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Bandung Barat, Sandi Supyandi, menyambut positif gagasan rebranding melalui perubahan nama daerah. Ia menilai, citra baru sangat dibutuhkan untuk melepas KBB dari bayang-bayang “Bandung” yang selama ini mendominasi identitas wilayah tersebut.

“Saya setuju dengan usulan Pak Gubernur. Kita perlu citra baru yang mencirikan karakteristik budaya Bandung Barat,” kata Sandi, Jumat (20/6/2025).

Sandi juga mengaitkan usulan ini dengan filosofi budaya Sunda. Ia menyebut, dulu masyarakat percaya bahwa mengganti nama bisa membawa keberuntungan atau kesembuhan.

“Dulu juga ada kepercayaan kalau anak sakit-sakitan harus diganti namanya supaya sembuh. Mungkin daerah juga begitu, dengan ganti nama bisa lebih sehat,” ujarnya.

Meski mendukung, Sandi menyadari bahwa perubahan nama bukan perkara sederhana. Ia menegaskan perlunya kajian mendalam agar nama baru benar-benar mencerminkan nilai sejarah dan budaya lokal.

Batulayang Jadi Opsi

Sebagai langkah awal, Sandi mengusulkan nama “Batulayang” untuk menggantikan Bandung Barat. Nama ini, menurutnya, memiliki nilai historis yang kuat dan pernah eksis sebagai kabupaten pada awal abad ke-19.

“Kalau saya boleh usul, nama Batulayang bisa jadi pilihan. Itu nama yang punya nilai historis kuat. Dahulu, sekitar tahun 1802, Kabupaten Batulayang pernah ada, mencakup wilayah Kopo, Rongga, hingga Cisondari, sebelum dilebur Belanda ke Kabupaten Bandung,” tutur Sandi.

Saat ini, nama Batulayang memang hanya dikenal sebagai nama desa di Kecamatan Cililin, namun jejak sejarahnya dianggap layak untuk diangkat kembali sebagai identitas baru bagi wilayah Bandung Barat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *