
Kabupaten Bandung Barat (KBB) menjadi “Batulayang” mendapat dukungan dari DPRD setempat.
Ketua Komisi I DPRD Bandung Barat, Sandi Supyandi, menyatakan pihaknya menyambut positif usulan tersebut karena dinilai memiliki nilai historis yang kuat dan berakar pada budaya lokal.
“Kalau saya boleh usul, nama Batulayang bisa jadi pilihan. Itu nama yang punya nilai historis kuat. Dahulu, sekitar tahun 1802, Kabupaten Batulayang pernah ada, mencakup wilayah Kopo, Rongga, hingga Cisondari, sebelum dilebur Belanda ke Kabupaten Bandung,” ujar Sandi, Jumat (20/6/2025).
Batulayang saat ini dikenal sebagai nama sebuah desa di Kecamatan Cililin. Namun menurut Sandi, dulunya nama ini setara dengan daerah-daerah tua seperti Cianjur, Sumedang, dan Sukapura, yang telah lebih dulu dikenal sebagai kabupaten sejak abad ke-19.
Simbol Identitas dan Rebranding Wilayah
Sandi menilai, perubahan nama menjadi Batulayang bisa menjadi langkah penting untuk membangun citra baru Kabupaten Bandung Barat, yang selama ini dianggap masih berada dalam bayang-bayang nama “Bandung”.
“Saya setuju dengan usulan Pak Gubernur. Kita perlu citra baru yang mencirikan karakteristik budaya Bandung Barat. Dulu juga ada kepercayaan kalau anak sakit-sakitan harus diganti namanya supaya sembuh. Mungkin daerah juga begitu, dengan ganti nama bisa lebih sehat,” katanya.
Meskipun demikian, ia menekankan bahwa perubahan nama daerah harus melalui kajian mendalam. Nama yang dipilih harus benar-benar mewakili sejarah, budaya, dan identitas masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut.
Dukungan dari Gubernur Dedi Mulyadi
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi sebelumnya mengusulkan agar nama Kabupaten Bandung Barat diubah demi kepentingan branding wilayah. Menurutnya, nama “Bandung Barat” terlalu generik dan hanya menunjukkan arah mata angin, tanpa mencerminkan karakter daerah.
“Kalau ada niat mengubah nama demi kepentingan branding, saya siap bantu. Supaya ada daya tarik, wibawa, dan pengaruh,” ujar Dedi saat menghadiri Rapat Paripurna Hari Jadi KBB ke-18, Kamis (19/6/2025).
Dedi menjelaskan bahwa secara branding, nama Bandung Barat menyulitkan dalam membangun identitas khas. Bahkan, persepsi masyarakat terhadap lokasi Bandung Barat bisa berbeda tergantung dari sudut pandang masing-masing wilayah.
“Orang Lembang bilang ini Bandung Barat, orang Cianjur menyebutnya Bandung Timur, dan bagi orang Purwakarta ini justru Bandung Selatan,” ujarnya.
Dedi menyatakan bahwa dirinya siap mendukung pemerintah Kabupaten Bandung Barat jika ingin menjalani proses rebranding dengan mengubah nama daerah. Menurutnya, perubahan nama bisa menjadi langkah strategis untuk mengangkat citra dan karakter wilayah secara lebih spesifik.